Membahas karater anak usia dini, aku punya cerita nih. Alkisah, pagi ini anak-anak aksi unjuk rasa minta keluar. Hari minggu gitu lho. Tapi bukan pilihan kami untuk keluar di hari minggu. Karna biasanya hari minggu akan jarang ditemui tempat yang sepi. Kebiasaan suami selalu memilih hari kerja untuk family time demi mendapat ketenangan suasana.
Berhubung unjuk rasa tak bisa dihalau, akhirnya suami pun mengabulkan tuntutannya. Walhasil kita diajak ke sebuah tempat yang telah dua kali disambangi tapi saat itu masih tutup lantaran situasi pandemi. Jadi hari ini kita mencoba lagi menyambangi tempat yang sama yang semoga kali ini sudah buka.
Ditengah perjalanan sebenarnya sempat pesimis, khawatir pengalaman pahit masa lalu terulang. ( masih tutup) Namun lantaran aku juga nggak bisa mencari alternatif lain, akhirnya nurut aja lah. Dan, alhamdulillah kali ini keberuntungan berpihak. Sampai lokasi telah nampak kehidupan di wisata alas Prambon.
Beberapa mobil nampak berjajar di parkiran luar, sementara di parkiran dalam nampak sebuah mobil. Kami pun memilih parkir di bagian dalam. Kelar parkir dan mengambil barang bawaan, kami lanjutkan melangkahkan kaki beriringan menuju area dalam.
Sebelumnya kami tak menemukan petugas loket yang menyapa seperti di lokasi-lokasi wisata pada umumnya. Entah karna memang asli tidak dipungut biaya atau karna pengunjung hanya beberapa, wallahu a'lam. Walhasil kami pun terus melenggang dengan santai sembari memilih tempat untuk memarkir diri dan membeber karpet beserta bawaan.
Kisah Tantrum Bermula
Setelah menemukan tempat yang cocok untuk lesehan kami pun menggelar karpet serta menata bekal. Tempat pilihan kami saat itu lumayan teduh karna dekat dengan pohon mangga. Selain teduh, area yang kami tempati adalah area outbond, sehingga banyak wahana melatih motorik anak tersedia.
Sementara suami menunggu anak-anak bermain, aku pun memesan minuman di
warung makanan. Saat menunggu pesanan minuman inilah, kisah bermula. Si dua tahun menghampiriku yang berjarak sekitar 50 meter dari karpet.
Ia merengek sembari menarik tanganku. "Tumbas dulinan ... " alias ngajak ke salah satu penjual mainan yang dilihatnya saat memasuki lokasi. Wah, signal tantrum mulai nampak. Kaki mungilnya makin mempercepat langkah, hingga aku tertinggal di belakangnya.
Sesampainya pada penjual mainan, ia mulai menatap satu persatu mainan yang menggantung di lapak. Aku pun sibuk menunjuk-nunjuk seraya menerka pilihannya. Dan pilihan tertuju pada mainan seharga Rp.25.000. Sementara dua kakaknya turut sibuk memilih incarannya masing-masing.
Karna sebelumnya tak ada rencana untuk membeli mainan, maka terjadilah pengeluaran tak terduga. Khawatir budget nggak mencukupi, aku pun memberikan pilihan pada mainan yang harganya lebih murah. Satu kesalahanku, aku memberikan pilihan sambil menyodorkan sebelum mainan sebelumnya kuambil alih dari tangan mungilnya. Walhasil si dua tahun justru menginginkan keduanya.
Beberapa kali kucoba negosiasi ala emak dan anak, namun dia malah merengek. Tangan pun semakin kencang mendekap dua mainan itu. Kucoba memohon pada ibu penjual untuk merayunya, namun nihil. Sehingga makin nampak kepasrahanku. " Nggak papa dipinjam dulu mainannya, nanti kalau anak sudah lupa baru dikembalikan." Si Ibu penjual berusaha menawarkan solusi.
Namun nampaknya si anak nggak bakal lupa. Ya sudah aku pun nyerah. Kali ini dia sukses mendapatkan apa yang dia inginkan. Beruntung dua kakaknya masih bisa dinego dengan memilih mainan yang harganya terjangkau. 4 mainan dengan nilai 50.000 berhasil diboyong tanpa direncana. Alhamdulillahnya lagi uang didompet masih cukup untuk menebusnya.
Mengenali Karakter Anak Lewat Tantrum
Kisah tantrum diatas mungkin tergolong belum level parah ya bunda. Tapi satu pelajaran berharga lewat pengeluaran tak terduga tersebut, sesungguhnya si ibu alias aku sedang dikasih pelajaran tentang mengenali karakter si dua tahun.
Ko' bisa?
Jadi begini, aku teringat tentang
8 aspek fitrah manusia pada tulisan sebelumnya. Ternyata jika kita mau memperhatikan perilaku anak, sesungguhnya saat itu dia tengah memberikan signal karakter yang melekat padanya.
Misal, si dua tahun tadi yang keukeuh nggak mau dinego sama sekali untuk memberikan mainan pilihannya, barangkali ia memiliki karakter berkemauan keras dan memiliki prinsip yang kuat. So pelajaran moral berikutnya ketika menghadapi anak tantrum meskipun di tempat umum sebisa mungkin tetap slow. Dan satu lagi persiapkan bermacam strategi dan amunisi untuk membujuknya.
Berikutnya tetaplah stay positif thinking, sebab jika pikiran kita negatif melulu kita tak bisa menahan ego bisa-bisa ibu ikut tantrum, kericuhan pun tak terelak.
So pelajaran moral untuk saya berikutnya adalah, tak mengapa keluar uang 50,000 demi mendapat pelajaran ini. Haha
Karakter Anak Usia Dini Secara Umum
Sebagai penutup barangkali uaraian berikut bermanfaat untuk para orang tua dalam mengenali karakter anak lewat perilakunya sehari-hari. Kurang lebih ada 13 karakter anak yang perlu diketahui.
1. Bersifat unik.
Setiap anak adalah unik, demikian kalimat yang sering kudengar. Meskipun memiliki banyak kesamaan umum pada perkembangan anak di usia dini, namun tetap saja setiap anak memiliki khas tersendiri pada minat, bakat, gaya belajar, dan lainnya.
Keunikan-keunikan inilah yang merupakan keturunan genetis hingga faktor lingkungan. Untuk itu dalam hal mendidik anak, perlu diterapkan pendekatan secara individual ketika menangani anak usia dini. Sehingga aktifitas membandingkan dengan anak orang tidak diperlukan.
2. Berpikir kongkrit.
Yang dimaksud adalah berpikir berdasarkan makna sebenarnya, tidak seperti remaja dan orang dewasa lainnya yang berpikir secara abstrak. Bagi anak-anak di usia dini, segala hal yang mereka lihat dan ketahui akan terlihat asli.
4. EgosentrisSering mendapati anak yang tidak mau berbagi? Atau sering kali terjadi sesuatu, marah atau menangis bila keinginannya tidak dihendaki, dan tanpa kehendak. Jangan khawatir bund, karna karakteristik ini dimiliki oleh setiap anak, hal ini lantaran sikap anak yang cenderung memperhatikan serta memahami segala sesuatu hanya dari sisi sudut pandangnya sendiri atau kepentingannya sendiri saja.
Karakteristik seperti ini biasanya memiliki keterkaitan dengan perkembangan kognitifnya. Menurut Piaget, anak pada masa usia dini berada dalam fase transisi dari fase praopersional menuju fase operasional konkret. Pada fase operasional, biasanya pola fikir anak lebih menuju sifat egosentrik serta simbolik.
Sementara dalam fase operasional konkret, anak-anak menerapkan logika yang digunakan untuk memahami persepsi-persepsi yang ada. Menurut Berg, anak yang ada di dalam masa transisi ini memiliki kedua pola pikir tersebut secara bergantian bahkan kadang-kadang secara bersamaan.
Dalam memahami sebuah fenomena, biasanya anak-anak sering memahami sesuatu hanya dari sudut pandangnya saja sehingga sering merasa asing meskipun berada di lingkungan sekitarnya. Nah dari sini ketahuan kan, tantrumnya lantaran dia masih dalam fase egosentris. Jadi wajar ya bund.
5. CerobohAnak-anak pada usia dini biasanya kurang dalam mempertimbangkan hal-hal yang akan mereka lakukan kedepannya. Mereka belum mengetahui apakah hal tersebut akan berdampak bahaya atau tidak bagi dirinya.
Misalnya saja saat bermain benda-benda tajam, mereka lebih tertarik memainkannya dibandingkan dengan mendengarkan nasihat dari orang tua. Masa-masa anak usia dini dapat dikatakan sebagai usia emas.
NAEYC menjelaskan jika pada masa awal kehidupan dikatakan sebagai masa pembelajaran dengan slogan Early Years Are Learning Years. Hal ini yang kemudian menyebabkan selama rentang waktu tersebut anak dapat mengalami berbagai pertumbuhan serta perkembangan yang begitu cepat.
Pada periode ini hampir semua potensi yang dimiliki anak akan mengalami masa peka untuk segala tumbuh kembang yang cepat dan hebat. Oleh sebab itu, pada masa-masa ini, anak benar-benar membutuhkan stimulasi dari lingkungan sekitarnya. Pembelajaran dalam masa-masa ini memang menjadi wahana yang memfasilitasi tumbuh dan kembang anak untuk dapat mencapai tahapan yang memang sesuai dengan tugas perkembangannya.
6. Senang berfantasi dan berimajinasiFantasi merupakan sebuah kemampuan untuk membentuk sebuah tanggapan baru dengan tanggapan yang sudah ada, sedangkan imajinasi merupakan kemampuan anak dalam menciptakan objek atau kejadian namun tidak didukung dengan data-data yang nyata.
Anak usia dini senang sekali membayangkan serta mengembangkan berbagai hal yang jauh dari kondisi nyatanya. Bahkan menciptakan teman-teman imajiner. Teman imajiner tersebut bisa dalam bentuk orang, hewan, hingga benda.
7. Pembelajar dan rasa ingin tahu yang besar.Usia dini benar-benar sedang memiliki keingin tahuan yang besar pada dunia yang ada di sekitarnya. Pada masa bayi, rasa keingin tahuan dari mereka ditunjukkan dengan cara senang meraih benda-benda yang bisa dicapainya dan kemudian dimasukkan ke dalam mulut.
Pada 3-4 tahun, biasanya anak akan membongkar membongkar segala hal yang ada di sekitarnya untuk memenuhi rasa keingin tahuannya yang besar. Tak hanya itu saja anak akan senang bertanya pada orang lain meskipun masih menggunakan bahasa yang sederhana.
8. Aktif dan energikKetika anak mulai berkembang, biasanya mereka akan senang melakukan berbagai aktivitas. Mereka seolah-olah merasa tidak lelah, bosan, bahkan tidak pernah ingin berhenti untuk melakukan permulaan saat mereka tidur. Dari sini mulai faham ya bund, kenapa anak-anak belum berhenti sebelum kondisi rumah berada pada kondisi berantakan tingkat maksimal.
9. PetualangSeperti yang dijelaskan sebelumnya, anak pada usia dini memiliki rasa keingin tahuan yang besar dan kuat. Rasa keingin tahuan ini biasanya akan disertai dengan penjelajahan hal-hal serta memiliki jiwa petualangan.
Misalnya saja, anak-anak senang sekali berjalan di sana kemari, membongkar hal-hal di sekitarnya, mencorat coret dinding, dan lainnya. Anak-anak pada usia dini memang menjadi usia dimana dirinya senang mempelajari hal-hal baru. mulai banyak dengan menggunakan seluruh anggota tubuh mereka, dari, bergerak, menyentuh, membaui, menjelajah, mengamati, mengamati, mengira-ngira, dan lainnya.
10. Rentang konsentrasi pendekAnak pada usia dini memang memiliki rentang fokus dan perhatian yang sangat pendek dibandingkan pada remaja ataupun orang dewasa. Perhatian anak-anak usia dini akan mudah sekali teralihkan pada hal-hal lainnya, khususnya yang dapat menarik perhatiannya.
Sehingga sebagai pendidik, baik guru ataupun orang tua penting sekali untuk memperhatikan hal ini dalam menyampaikan sebuah pembelajaran penting. Pembelajaran yang baik dapat dilakukan melalui pendekatan yang lebih bervariasi serta menyenangkan sehingga tidak mengharuskan anak belajar di tempat yang sama serta dalam waktu lama yang malah akan membuat bosan dan pelajaran tidak masuk ke dalam otak anak.
Fix pada fase ini, jangan sekali-kali mengharap anak bisa duduk anteng layaknya orang dewasa saat diajak mengaji.
11. SpontanPerilaku serta sikap yang biasanya dilakukan pada anak-anak umumnya merupakan sikap asli yang dimiliki mereka tanpa adanya rekayasa. Hal ini dapat terlihat dari anak-anak yang sering berbicara ceplas-ceplos tanpa ada sesuatu hal yang tertutup.
Selain itu apapun yang diperbuat dan dikatakan anak merupakan refleksi dari apa yang ada di dalam hati serta pikirannya. Jadi siap-siap untuk berbesar hati jika sewaktu-waktu mendapat komentar polosnya ya.
12. Bagian dari makhluk sosialAnak akan senang jika bisa diterima serta berada di lingkungan teman-teman sebayanya. Mereka senang melakukan kerja sama serta saling memberikan semangat pada teman-teman lainnya. Anak membangun konsep pada dirinya melalui interaksi sosial yang terjadi di sekolah.
Anak akan membangun kepuasan melalui sebuah penghargaan diri saat diberikan sebuah kesempatan untuk bisa bekerja sama dengan teman-temannya. Untuk itu sebuah pembelajaraan dilakukan agar dapat membantu anak dalam perkembangan perhargaan diri. Hal ini dilakukan melalui penyatuan strategi pembelajaran sosial.
13. Mudah frustasi
Karakterisik anak usia dini lainnya adalah mudah sekali frustasi. Rasa keingintahuannya yang besar dan berlebihan membuat anak mudah sekali frustasi apabila keingintahuannya tersebut tidak segera dituruti. Sikap yang ditunjukkan saat dirinya merasa frustasi seperti marah, menangis, berteriak, dan lainnya.
Itulah 13 karakter anak yang perlu kita ketahui. Dengan mengenali karakter anak, harapannya kita akan lebih mudah dalam mengarahkan mereka pada hal-hal positif. Kita sebagai orang tua juga akan lebih bijak dalam menghadapi perilakunya sehari-hari sekaligus bisa memberikan stimulasi yang tepat untuk tumbuh kembangnya. Dan pastinya saat menghadapi anak tantrum,
ibu pun nggak ikutan tantrum.
Sekian, semoga bisa diambil manfaat.
PR banget ya mba kalau anak tantrum tuh emosi ibu ikutan campur aduk. Jadi memang penting si memahami karakter anak untuk persiapan kalau nantinya tantrum.
BalasHapusIya mbak zakia buat antisipasi wkwkwk
HapusAlhamdulillah ya, walaupun keluar duit goban tetep aja untung. Dapet pelajaran segambreng. Dan insyaa Allah jadi amal jariyah,karena dibagikan ke blog. Jadi aku turut belajar ini. Makasih mba Nafis sudah berbagi.
BalasHapusIya mbak, ambil hikmahnya aja. Sama-sama mbak yunita ..
HapusHahah bener banget ih kak, takutnya ibunya yg ikutan tantrum yah kalo kita ngga berusaha untuk memahami anak dan fase2nya ituuu
BalasHapusDulu pas masih jadi new mom, suka ikutan membik-membik kalau anak tantrum wkwkwk sekarang udah makin cool aja haha
Hapusterima kasih banyak artikelnya sangat bermanfaat, jadi tau apa yang baiknya dilakukan ketika anak sedang tantrum
BalasHapusTantrum di luar rumah emang merepotkan ya "
BalasHapusAnak teman saya pernah tiba tiba tantrum seperti di atas
Ke -4 anak saya belum pernah, dan beruntung gak pernah :D
Artikelnya reminder bgt nih. Anak keduaku lagi tantrum bgt usia 2.5 tahun, baca fitrah anak ini jd lebih calm down dan memaklumi sambil diarahkan jika udah berlebihan :') padahal sebelumnya dah kesel bgt hiks
BalasHapusAlhamdulillah.. jadi lebih tau penanganan anak tantrum tuh gimana, intinya orangtua ga boleh panik ya bund. Makasih sudah berbagi.
BalasHapusterrible two katanya emang lagi di masa itu ya mbak. tapi aku ngerasanya malah sekrang anakku baru mulai tantrum, usia 5 th, Untungnya usia segitu udah bisa diajak diskusi dan nego..
BalasHapusMasya Allah, memang ya anak balita ini luar biasa :) kita harus banyak memahami dan lebih sabaaaaar hihi.. kalau saya kadang masih suka ikutan tantrum nih hehe
BalasHapusTanya dong kk. Saya kan tinggal dg Mamah. Kalau mamah lagi keluar kota, anak saya gak pernah tantrum. Tapi kalau ada mamah, bisa tiap hari krn Mamah manjain banget. Dah dibilangin tapi mamahnya malah marah.
BalasHapusAnakku usia 4 tahun masih suka tantrum, memang ortunya jadi harus lebih banyak sabar dan belajar lagi untuk memahami
BalasHapusMasyaallah, bener-bener harus dicatat di otak, nih. Biar nggak ikutan tantrum kalau si kecil lagi tantrum. Anak-anak ini memang luar biasa ya, beda-beda karakternya
BalasHapus